Percaturan ponsel pintar dunia akan makin ramai. Sebab, mantan teknisi Nokia kembali merilis ponsel pintar Jolla besutannya.
Dilansir Sydney Morning Herald, 28 November 2013, ponsel ini dikembangkan dari sistem peranti lunak terbuka, MeeGo —kini disebut Salfishi—, OS yang sebelumnya dipakai Nokia sebelum beralih ke Windows Phone tahun 2011 silam.
Dari sisi spesifikasi, ponsel Jolla akan hadir dengan bentang layar 4,5 inchi, kamera utama 8 MP, mendukung koneksi 4G, mampu menjalankan aplikasi peta Nokia HERE di lebih dari 190 negara.
Tersedia ruang penyimpanan hingga 16 GB, ruang microSD, dan baterai yang mampu memasok daya sampai 10 jam.
Namun, tak seperti Nokia, ponsel Jolla mampu mendukung 85.000 aplikasi yang ada di Google Play. Ini bisa menjadi senjata pamungkas Jolla untuk menghantam Samsung, HTC, LG, dan raksasa vendor Android lainnya.
"Kami memberikan pilihan kelas dunia. Ini merupakan alternatif bagi konsumen. Ponsel ini sangat gesit dan kuat," ujar Marc Dillon, Kepala Peranti Lunak Jolla.
Dillon merupakan salah satu dari empat pendiri Jolla yang didirikan pada tahun 2011 silam. Dillon sendiri sebelumnya bekerja di Nokia selama 11 tahun.
"Bagi kami, bisnis sistem operasi memberikan kesempatan besar karena ada satu pilihan yang benar-benar tersedia untuk tiap produsen mobile global. Dan itu adalah Android," ujar dia.
Untuk mengetes pasar, ponsel Jolla akan dibanderol US$596, setara Rp7 juta.
Dari sisi spesifikasi, ponsel Jolla akan hadir dengan bentang layar 4,5 inchi, kamera utama 8 MP, mendukung koneksi 4G, mampu menjalankan aplikasi peta Nokia HERE di lebih dari 190 negara.
Tersedia ruang penyimpanan hingga 16 GB, ruang microSD, dan baterai yang mampu memasok daya sampai 10 jam.
Namun, tak seperti Nokia, ponsel Jolla mampu mendukung 85.000 aplikasi yang ada di Google Play. Ini bisa menjadi senjata pamungkas Jolla untuk menghantam Samsung, HTC, LG, dan raksasa vendor Android lainnya.
"Kami memberikan pilihan kelas dunia. Ini merupakan alternatif bagi konsumen. Ponsel ini sangat gesit dan kuat," ujar Marc Dillon, Kepala Peranti Lunak Jolla.
Dillon merupakan salah satu dari empat pendiri Jolla yang didirikan pada tahun 2011 silam. Dillon sendiri sebelumnya bekerja di Nokia selama 11 tahun.
"Bagi kami, bisnis sistem operasi memberikan kesempatan besar karena ada satu pilihan yang benar-benar tersedia untuk tiap produsen mobile global. Dan itu adalah Android," ujar dia.
Untuk mengetes pasar, ponsel Jolla akan dibanderol US$596, setara Rp7 juta.
Pendiri Jolla Sami Pienimaki (kiri) dan CEO Jolla Tomi Pienimaki. (SMH)
Jadi yang kedua
Kehadiran ponsel Jolla menurut Neil Mawston, analis dari Strategy Analytics, tak akan menjadi pembunuh Apple maupun Samsung. Kendati demikian, Jolla bisa menjadi ponsel alternatif di antara keduanya.
"Orang akan mulai mencari alternatif kedua, jadi ini peluang dalam siklus pasar untuk mendapatkan pangsa," kata Mawston.
Dia memperkirakan akan muncul dua sampai tiga versi ponsel Jolla sebelum nantinya akan terlihat seberapa besar kekuatan ponsel anyar ini.
"Kita akan lihat apakah Jolla atau Sailfish layak bersaing dengan Apple, Android, atau Microsoft," jelas dia.
Sebagai perusahaan ponsel anyar, Jolla memiliki 100 karyawan di Finlandia dan Hong Kong. Perusahaan ini disokong beberapa investor Finlandia dan luar negeri, termasuk China Fortune Holding yang berasal dari Hong Kong.
Meski pendatang baru, analis CCS Insight Geoff Blaber yakin mampu bersaing dengan sistem operasi yang sudah eksis. Syaratnya, harus membangun sistem operasi yang bagus.
"Ini adalah tantangan. Android hari ini dominan. Mereka telah membuktikan peranti lunak mereka kompetitif, dan itu terbukti," kata analis Blaber.
Dia menyebutkan, modal paling berharga Jolla terletak pada basis harga yang kompetitif dan memiliki basis penggemar dari Nokia. "Ini seperti David melawan Goliath, tapi sudah ada basis antusiasme untuk mencari produk ini. Jadi, Jolla bisa jadi sangat sukses," kata dia.
Kehadiran ponsel Jolla menurut Neil Mawston, analis dari Strategy Analytics, tak akan menjadi pembunuh Apple maupun Samsung. Kendati demikian, Jolla bisa menjadi ponsel alternatif di antara keduanya.
"Orang akan mulai mencari alternatif kedua, jadi ini peluang dalam siklus pasar untuk mendapatkan pangsa," kata Mawston.
Dia memperkirakan akan muncul dua sampai tiga versi ponsel Jolla sebelum nantinya akan terlihat seberapa besar kekuatan ponsel anyar ini.
"Kita akan lihat apakah Jolla atau Sailfish layak bersaing dengan Apple, Android, atau Microsoft," jelas dia.
Sebagai perusahaan ponsel anyar, Jolla memiliki 100 karyawan di Finlandia dan Hong Kong. Perusahaan ini disokong beberapa investor Finlandia dan luar negeri, termasuk China Fortune Holding yang berasal dari Hong Kong.
Meski pendatang baru, analis CCS Insight Geoff Blaber yakin mampu bersaing dengan sistem operasi yang sudah eksis. Syaratnya, harus membangun sistem operasi yang bagus.
"Ini adalah tantangan. Android hari ini dominan. Mereka telah membuktikan peranti lunak mereka kompetitif, dan itu terbukti," kata analis Blaber.
Dia menyebutkan, modal paling berharga Jolla terletak pada basis harga yang kompetitif dan memiliki basis penggemar dari Nokia. "Ini seperti David melawan Goliath, tapi sudah ada basis antusiasme untuk mencari produk ini. Jadi, Jolla bisa jadi sangat sukses," kata dia.