Ads (728x90)



Akulturasi budaya merupakan bagian dari pembentukan identitas suatu bangsa. Seperti juga di Indonesia yang beberapa budayanya lahir dari akulturasi, terlihat dari bangunan juga tekstil. Itulah yang ditemukan Duta Besar Filipina untuk Indonesia, Maria Rosario C. Aguinaldo, saat berkunjung ke Jepara, Jawa Tengah. Di sana, dia menemukan kain tenun Indonesia yang mirip dengan kain tradisional Filipina. Seperti yang di lansir media viva.co.id menjelaskan sebagai berikut :
Penemuan tersebut dibenarkan oleh Ketua Cita Tenun Indonesia, Okke Rajasa. Dalam jumpa pers Pameran Tekstil Se-ASEAN bersama Kepala Museum Nasional Intan Mardiana di Museum Nasional Jakarta, Kamis 28 November 2013, Okke mengatakan kemiripan tersebut merupakan hal yang wajar. 
“Tadi (memang) Ibu Duta Besar (Filipina) bilang menemukan kain di Jawa Tengah dari daerah Jepara yang agak mirip dengan yang dibuat di Filipina,” kata Okke, sembari memaparkan hal itu karena Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya memang berasal dari satu rumpun budaya.
“Jadi, sebetulnya bukan saling mengklaim (ini kain tenun Indonesia atau Filipina), tetapi lebih ada pengaruh satu sama lain. ASEAN itu kan satu rumpun. Jadi, satu sama lain akan berpengaruh. Tetapi masing-masing kita punya karakter. Karakternya mungkin Filipina sama, pake serat juga. Tetapi tekniknya berbeda,” jelas Okke.
Selanjutnya istri Menko Perekonomian Hatta Rajasa itu memaparkan perbedaan karakter itulah yang akhirnya menciptakan identitas bangsa. Urusan klaim siapa menciptakan apa, menurut Okke, tidak perlu dibahas. "Dalam budaya tidak ada klaim-mengklaim. Yang penting karakter yang menjadi identitas yang menunjukkan ini dari Indonesia, ini dari Filipina,” kata Okke mengingatkan.
Okke Rajasa mencontohkan kain songket. “Semua orang tahu Songket itu merupakan budaya Melayu, semua negara (di ASEAN yang berasal dari rumpun Melayu) punya. Tetapi Melayu di Indonesia (seperti Medan, Palembang dan Sumatera Barat) berbeda dengan di Malaysia dan lainnya (seperti Brunei). Jadi identitas itu tergantung (karakter) daerah masing-masing,” kata Okke.
Karena itu, menurut Okke, Indonesia tidak bisa mengklaim Songket berasal dari Indonesia. “Kita tidak bisa katakan Songket punya kita (Indonesia). Tetapi karakternya yang membuat  Songket kita berbeda. Motifnya, warnanya, teknik pembuatannya, itu jadi kekuatan, jadi karakternya,” tutupnya.